20:46:00
By Fauzi Zakaria™
Rasulullah pada suatu waktu pernah
berkisah. Pada zaman sebelum kalian, pernah ada seorang raja yang amat
zalim.Hampir setiap orang pernah merasakan kezalimannya itu. Pada suatu
ketika, raja zalim ini ditimpa penyakit yang sangat berat. Maka seluruh tabib
yang ada pada kerajaan itu dikumpulkan.
Dibawah ancaman pedang, mereka disuruh
untuk menyembuhkannya. Namun sayangnya tidak ada satu tabib pun yang mampu
menyembuhkannya.Hingga akhirnya ada seorang Rahib yang mengatakan bahawa
penyakit si raja itu hanya dapat disembuhkan dengan memakan sejenis ikan tertentu,
yang sayangnya saat ini bukanlah musimnya ikan itu muncul ke permukaan.
Betapa gembiranya raja mendengar kabar
ini. Meskipun raja menyedari bahawa saat ini bukanlah musim ikan itu muncul
kepermukaan namun disuruhnya juga semua orang untuk mencari ikan itu. Aneh bin
ajaib.... walaupun belum musimnya, ternyata ikan itu sangatlah mudah ditemukan.
Sehingga akhirnya sembuhlah raja itu dari penyakitnya.
Di lain waktu dan
tempat, ada seorang raja yang amat terkenal kebijakannya. Dia sangat dicintai
oleh rakyatnya. Pada suatu ketika, raja yang bijaksana itu jatuh sakit. Dan
ternyata kesimpulan para tabib sama, iaitu ubatnya adalah sejenis ikan tertentu
yang saat ini sangat banyak terdapat di permukaan laut. Kerana itu mereka
sangat optimis rajanya akan segera pulih kembali.
Tapi apa yang terjadi?...
22:53:00
By Fauzi Zakaria™
Seperti yang telah
biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rasulullah saw.
mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya
singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar
dan tawakal menerima musibah itu.
Kemudian Rasulullah saw.
berkata,"tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"
Isterinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur
nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal" "Apa yang di
katakannya?" "saya tidak tahu, ya Rasulullah saw., apakah ucapannya
itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya
sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan
kalimat yang terpotong-potong." "Bagaimana bunyinya?" desak
Rasulullah saw.. Isteri yang setia itu menjawab, "suami saya mengatakan
"Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru.... andaikata
semuanya...."hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya.
Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sedar,ataukah
pesan-pesan yang tidak selesai?"
Rasulullah saw.
tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak
keliru,"ujarnya.Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan
ke masjid untuk melaksanakan shalat jumaat. Ditengah jalan ia berjumpa dengan
orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada
yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala
hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya
itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya,
andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar
pula.
Ucapan lainnya ya
Rasulullah saw.?"tanya sang isteri mulai tertarik......
20:41:00
By Fauzi Zakaria™
Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan
yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang
wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. "Demi Allah, belum pernah
aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti
kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu
ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap
terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun
yang menyekutuinya aku dalam hal ini."
Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang
merisaukanmu ?" Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika
suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang
anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku
bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada
adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah
menyembelih kambing ?" Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu
?" Lalu disuruh adiknya baring dan....
20:49:00
By Fauzi Zakaria™
Ada sebuah kisah,
bahawa pada masa Nabi s.a.w. ada seorang laki-laki yang akan berangkat
berperang, yang berpesan kepada isterinya : "Hai isteriku janganlah
sekali-kali engkau meninggalkan rumah ini, sampai aku kembali pulang."
Secara kebetulan, ayahnya menderita sakit, maka wanita tadi mengutus seorang
laki-laki menemui Rasulullh saw.
Rasullullah s.a.w.
bersabda kepada utusan itu : "Agar dia mentaati suaminya". Demikian
pula si wanita, mengutus utusan tidak hanya sekali sehingga akhirnya dia
mentaati suaminya dan tidak berani keluar rumah. Maka ayahnya pun meninggal
dunia dan dia tetap tidak melihat mayat ayahnya dan dia tetap sabar. Sehingga
suaminya kembali pulang. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi s.a.w. yang
berbunyi, Maksudnya : "Sesungguhnya Allah s.w.t. telah mengampuni wanita
tersebut, disebabkan ketaatannya kepada suaminya."
20:27:00
By Fauzi Zakaria™
1. Seorang wanita
solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
2. Seorang wanita
solehah adalah lebih baik daripada 70 lelaki soleh.
3. Seorang wanita
yang jahat adalah lebih buruk daripada 1,000 lelaki yang jahat.
4. Dua rakaat solat
dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang
tidak hamil.
5. Wanita yang
memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya (susu badan) akan dapat
satu pahala daripada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
6. Wanita yang
melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat
pahala jihad.
7. Wanita yang
habiskan malamnya dengan tidur yang tidak selesa kerana menjaga anaknya yang
sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba.
8. Wanita yang
melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan
kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
22:52:00
By Fauzi Zakaria™
Di kisahkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
terlebih dahulu sampai di sumber mata air Badar dan memutuskan untuk berhenti
di tempat itu. Dan itu merupakan sebahagian dari strategi agar pasukan kaum
muslimin dekat dengan sumber air. Melihat hal itu, Habab ibn Mundzir
berkata, “Wahai Rasulullah! Mengapa engkau memilih tempat ini sebagai
pemberhentian kita? Apakah tempat ini memang telah ditentukan Allah kepadamu
dan kita tidak dapat memajukan atau mengundurkannya sedikitpun, ataukah ini
adalah sebahagian dari pendapat, strategi, dan siasat perang?” Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Ini hanyalah sekadar pendapat, stategi,
dan taktik perang.”
Maka Habab berkata, “Wahai Rasulullah,
jika demikian halnya, aku juga ingin mengemukakan pendapatku. Menurutku, tempat
ini tidak tepat untuk kita berhenti. Sebaiknya kita terus berjalan hingga
sampai di mata air yang paling dekat dengan perkemahan bangsa Quraisy. Setelah
itu, kita duduki tempat tersebut dan kita hancurkan seluruh sumur yang ada di
seberangnya dan menjadikannya kolam penampungan air. Lalu, kita penuhi kolam
itu dengan air dan kita baru menyerang mereka. Dengan begitu, nescaya kita akan
dapat minum air itu sedang mereka sama sekali tidak bisa meminumnya.”